Mengabdi Untuk Negeri

Yayasan Walisongo




Sejarah Berdirinya Yayasan Walisongo

Yayasan Walisongo yang bernama lengkap Yayasan Pendidikan Sosial Islam Ahlu Sunnah Waljama’ah Yayasan Walisongo, merupakan yayasan yang didirikan oleh masyarakat Dusun Tambakrejo, Desa Tambakrejo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Yayasan ini didirikan pada tanggal 02 April 1968. Yayasan ini menaungi lembaga pendidikan formal plus agama berupa Raudlatul Athfal (RA) Walisongo, Madrasah Ibtidaiyah (MI) Walisongo, dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) Walisongo. Siswa siswi yang belajar di dalam tiga lembaga tersebut berjumlah ratusan dan mengukir cukup banyak prestasi.
Beberapa kayu penopang digunakan untuk menyangga tiang
Pada perjalanannya, Yayasan ini mengalami pasang surut dengan ditandai “mati suri” nya lembaga di bawah naungan yayasan tersebut pada kisaran tahun 2002. Setelah hampir satu setengah tahun mati suri, Yayasan ini kemudian mencoba bangkit dengan membangun kembali lembaga pendidikan yang dinaunginya dan dengan mendaftarkannya ke pemerintah sehingga kini sudah memperoleh SK KEMENKUMHAM.

Gedung Sekolah yang rusak parah

Ketua Yayasan, yaitu Mohammad Basori, menunjuk H. Robitoh Asnawi S.Pd.I untuk mengepalai MI Walisongo yang saat itu hanya memiliki 9 murid mulai kelas 1 sampai kelas 6. Setelah hampir 10 tahun, MI Walisongo mengalami perkembangan cukup baik dengan memiliki siswa-siswi berjumlah 60. Gedung madrasah yang dahulu rusak parah dan tidak dapat dipergunakan, kini sudah dibangun kembali. Selain itu, status tanah yang ditempati sudah resmi waqaf, status akreditasi sudah diperbaharui, izin operasional telah diperbaharui.
Lambatnya pertumbuhan jumlah murid salah satunya dilatar belakangi terbatasnya dukungan pendanaan operasional madrasah, ditambah rendahnya kepedulian masyarakat untuk memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan, terlebih dengan kurikulum pelajaran agama lebih dari sekolah dasar biasa.
Kepala MI Walisongo berjuang keras mempertahankan lembaga pendidikan yang dikepalainya sebab beberapa alasan:
1.      Lembaga pendidikan formal dengan plus agama seperti MI adalah pendidikan ideal di tengah-tengah masyarakat awam
2.      Keadaan masyarakat Desa Tambakrejo, terutama yang domisilinya di sekitar madrasah, yang pengetahuannya dalam bidang agama masih minim.
3.      Keadaan masyarakat Desa Tambakrejo yang kepeduliannya dengan pendidikan anak masih kurang. Hal ini dibuktikan cukup banyaknya anak yang putus sekolah atau tidak mampu menyelesaikan program wajib belajar selama 9 tahun.
4.      Mulai munculnya penyakit masyarakat seperti pergaulan bebas, minum-minuman keras dan penggunaan Narkoba.
5.      MI Walisongo adalah lembaga pendidikan swasta yang didirikan dengan harapan dapat menjadi amal jariyah dari para pendirinya.

Gedung MI setelah perbaikan

Untuk jenjang RA, kepala yayasan menunjuk Nila Laila Romlah S.Kom.I untuk mengepalai jenjang tersebut. Sedang untuk jenjang MTS, masih belum bisa dihidupkan kembali sebab keterbatasan dana dan Sumber Daya Manusia.
Untuk mendukung perkembangan anak didik di bidang agama, Yayasan kemudian mengadakan kegiatan TPQ di sore hari dan Madrasah Diniyah di malam hari. Untuk TPQ, materi adalah al-Qur’an untuk tingkat lanjut, dan Iqra’ untuk pemula. Sedang madrasah diniyah menggunakan materi antara lain Nadhm Alala dalam bidang akhlaq, Persiapan Membaca Al-Qur’an utnuk bidang Tajwid, Tarikh Nabi untuk bidang sejarah nabi, dan Mabadi’ Fiqh untuk bidang fiqh.

Pengunjung

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Total Pengunjung

Diberdayakan oleh Blogger.
Copyright © MI WALISONGO | Powered by Blogger
Design by Viva Themes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com